Pijat urut tradisional plus-plus mulai menjamur di Palembang

Flexslider

» » » » Pijat urut tradisional plus-plus mulai menjamur di Palembang

Pijat urut tradisional plus-plus mulai menjamur di Palembang

Pijat urut tradisional plus-plus mulai menjamur di Palembang
Ilustrasi Prostitusi. ©2014 Merdeka.com
Merdeka.com - Di Kota Palembang kini menjamur tempat prostitusi. Tak hanya di hotel, kafe, karaoke, warung remang-remang maupun di jalan, bisnis esek-esek itu bisa didapatkan dari panti pijat urut tradisional (PPUT).

Informasi yang dihimpun merdeka.com, Sabtu (8/3), banyak panti pijat menawarkan layanan lebih. Contohnya di kawasan Jalan Kolonel H Burlian dan Jalan Jaksa R Suprapto. Di sana ditemukan sejumlah panti pijat terang-terangan menyediakan wanita-wanita seksi.

Kemudian, panti pijat serupa terdapat di Jalan Radial, tepatnya di kawasan pertokoan Ramayana. Puluhan rumah toko disulap menjadi PPUT. Sepintas beberapa panti pijat tersebut memang tidak menyediakan layanan seks komersil. Namun, tidak begitu kenyataannya.

Saat memasuki salah satu panti pijat tersebut, langsung disambut seorang wanita yang menyodorkan sejumlah foto wanita berparas cantik. Wanita-wanita itu katanya sebagai pemijat.

Umumnya foto-foto yang ditampilkan adalah wanita berusia muda dengan mengenakan pakaian sopan. Setelah memilih salah satu wanita dalam foto, awalnya seperti umumnya panti pijat, wanita tersebut melakukan tugasnya.

Namun pijatan wanita itu tidak seperti pemijat profesional. Sentuhannya begitu lembut ditambah body lotion nyaris tak ada pijatan. Badan capek dan pegal-pegal pun bukannya hilang tetapi bertambah sakit.

Usai menjalankan tugasnya, wanita tersebut menawarkan layanan seks dengan tarif antara Rp 250 ribu sampai Rp 350 ribu. Jika pengunjung tak mau berhubungan seks, wanita itu menawarkan seks lain berupa hand job. Tarifnya pun hanya Rp 100 ribu, itu sudah termasuk tips pijatan tadi.

"Masak cuma pijat aja bang, ga mau yang lebih apa. Udah tanggung kok," ujar wanita asal Garut, Jawa Barat yang sudah tiga tahun terakhir bekerja di panti pijat itu.

Bagi janda satu anak ini, memijat sebenarnya bukanlah keahliannya. Ia hanya belajar otodidak dari teman-temannya agar bisa diterima di panti pijat plus-plus. "Kan modalnya cuma seksi dan genit bang. Kalau enggak gitu mana ada cowok yang tertarik, apalagi mau minta lebih," kata dia.

Ardi (30), salah seorang pelanggan layanan panti pijat mengaku sering memanfaatkan layanan beberapa panti pijat. Dirinya tahu jika pijatan wanita itu tak bisa menghilangkan penatnya sebagai kontraktor. Namun, bukan pijatan itu yang dicari melainkan layanan plus dari penjaja seks.

"Lumayanlah dapat sentuhan plus yang lain. Sebulan bisa dua sampai tiga kali datang ke sini," ungkapnya.
[has]

Share

You may also like

Berita