Siswi SMP Sibuk Jadi PSK

Flexslider

» » Siswi SMP Sibuk Jadi PSK

Siswi SMP Sibuk Jadi PSK

JAKARTA (SuaraMedia) Uang yang banyak membuat pelajar SMP di Tambora, Dinda (nama samaran) dan teman-temannya ketagihan untuk menjadi seorang Pekerja Seks Komersial (PSK). Setiap pulang sekolah dia dan temannya pergi ke Lokasari, Taman Sari, untuk dugem dan menjaring “klien”.

Dalam bertransaksi dia sering dibantu seorang mami. Biasanya hasilnya dibagi 50 persen untuk mami tersebut. Tidak hanya check in, mereka juga kadang sesekali diajak untuk menemani tamu minum-minum.”Gue enggak suka minum. Tapi kadang suka ada tamu yang rese maunya ditemani minum sambil pegang-pegang,” akunya.

Biasanya, tarif kencan dengan cewek kelas II SMP tersebut bervariasi antara Rp500 ribu sampai dengan Rp1,5 juta. “Gopek (Rp500 ribu) untuk short time (sebentar). Kalau longtime cetiaw (Rp1 juta),” ungkap Dinda.Terkadang, Dinda dan teman-temannya juga diminta untuk menamani hidung belang yang sedang liburan ke puncak atau ke luar kota. Kalau sudah begitu, biasanya yang diberlakukan adalah tarif khusus.

Pernah suatu waktu Dinda menemani pria yang mengaku pejabat daerah yang sedang dinas ke luar kota. Dinda diberikan kamar yang tidak jauh dari lokasi rapat pria tersebut. Untuk kencan di luar kota, Dinda diberikan uang Rp2 juta untuk semalam.Kesibukan” Dinda sebagai seorang PSK membuat nilainya di sekolah menjadi anjlok. Bagaimana tidak, minimal 3 kali dalam sepekan dia pulang pagi sehingga dia tidak sekolah. “Bagi rapor semester kemarin nilai aku hancur,” akunya sedikit menyesal.

Sering pulang pagi membuat kedua orangtua Dinda menjadi curiga hingga akhirnya mengetahui apa yang dilakukan Dinda di luar sekolah. Pertama kali mengetahui, bapaknya Dinda marah-marah dan mengamuk. Namun, dia mendapatkan pembelaaan dari ibunya.Lama kelamaan, kedua orangtuanya memahami “pekerjaan” Dinda dan membiarkan saja. Terlebih, uang banyak yang diterima Dinda juga diberikan untuk membantu ekonomi keluarganya.

Jual Keperawanan Rp10 Juta sampai Rp50 Juta

Setelah gencar ditawari kemewahan seperti motor baru dan uang banyak oleh mami yang bertemu di sebuah restoran cepat saji di bilangan Taman Sari, Jakarta Barat. Dinda dan teman sekolahnya tertarik untuk mencoba. “Klien” pertama Dinda adalah seorang pria paruh baya dari etnis Tionghoa. Pria tersebut menawari Dinda uang Rp10 juta untuk keperawanannya. Setelah disepakati, sebuah hotel pun dipilih untuk melepas keperawanan tersebut.

“Ada perasaan jijik dalam diri gue, melihat dia memeluk tubuh dan menciumi gue,” aku Dinda.Dinda juga mengaku saat itu ditawari untuk menjadi istri simpanannya dengan iming-iming hape terbaru, motor, dan perhiasan. “Syaratnya gue jangan tidur sama orang lain,” ungkapnya. Namun, Dinda urung mengiyakan tawaran tersebut.

Selain Dinda, ada juga temannya yang ditawari Rp50 juta. Namun, setelah “kliennya” ditemui transaksi tersebut batal. Karena kliennya sudah tua dan sangat jelek.Namun godaan materi, Dinda dan teman-temannya setiap akhir pekan menyambangi Lokasari untuk bertemu maminya dan kliennya. Bahkan, hampir setiap pulang sekolah, dia berangkat ke Lokasari hanya untuk sekadar dugem dan berkencan dengan “klien”.

Meskipun belum punya KTP, Dinda dan teman-teman sekolahnya tetap saja bisa masuk ke diskotek untuk dugem. Ya, cukup membayar cover charge Rp30-50 ribu, Dinda dan temannya sudah bisa masuk untuk menikmati alunan lagu kencang di diskotek tersebut.

Bertemu Mami di Restoran Fastfood Taman Sari

Setelah bertemu ibu Ann, di rumah sempit 4×6 meter di Jembatan Besi, akhirnya disepakatilah waktu untuk bertemu Dinda (nama samaran), pelajar SMP 159 Tambora yang menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK).Jumat malam didaulat menjadi malam pertemuan. Okezone pun meluncur ke Jembatan Besi untuk menjemput Dinda dan Ann, ibunya.

Awal pertemuan, Dinda tidak terlihat seperti pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP). Postur tubuhnya yang tinggi semampai dan rambut yang terurai, seakan menutupi umut Dinda yang baru 14 tahun! Dia lebih terlihat seperti anak SMA kelas III atau anak kuliahan.Saat diminta bercerita, Dinda awalnya malu terlebih dengan ibunya yang mendampingi. Namun, perlahan Dinda mau bercerita kepada okezone.

Layaknya seorang anak baru gede di kota metropolitan, Dinda yang saat itu baru kelas II SMP memiliki pergaulan yang cukup bebas dengan teman-temannya. Biasa jalan ke mal, nongkrong dan lain-lain, ternyata mempertemukan Dinda dengan seorang mami.Di Restoran cepat saji, Lokasari, Taman Sari Dinda dan teman-temannya  bertemu  dengan mami tersebut. Melihat gadis-gadis ABG, mami gigih mengiming-imingi kemewahan jika mau bekerja sebagai pekerja seks komersial. Bayangkan, anak berumur 14 tahun ditawarkan motor, hape terbaru.

“Dia nawarin gue motor dan uang yang banyak,” katanya.Lama kelamaan, Dinda dan temannya tertarik untuk mencoba. Apalagi selama ini orangtua Dinda bukanlah berasal dari keluarga yang cukup. Bapaknya hanya seorang buruh dan ibunya hanyalah ibu rumah tangga biasa.

Siswi SMP Jadi PSK Terbongkar karena Hape

Sepandai-pandainya tupai loncat akhirnya jatuh juga. Sepertinya itulah yang dialami Dinda, Atn, dan teman-temannya di sekolah. “Profesi” mereka sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) akhirnya terbongkar juga.Awalnya sekolah menggelar razia hape untuk menyelidiki apakah mereka menyimpan gambar-gambar porno. Kemudian mereka mendapatkan hape Mer di tangan temannya. Saat itu, Mer tidak masuk sekolah.

Kemudian siswi tersebut dipanggil dan disuruh untuk menghubungi Mer. Loudspeaker hape tersebut diaktifkan sehingga bisa terdengar guru. Tanpa disadari, Mer mengatakan dirinya tidak masuk karena sedang melayani “klien” di Taman Sari.Mer pun selanjutnya dipanggil ke sekolah dan dimintai keterangan. Dia mengaku bersama beberapa temannya menjadi PSK di Lokasari, Taman Sari. Selanjutnya, sekolah pun melakukan penyelidikan ke tempat hiburan tersebut.

Benar saja, guru yang ikut dalam penggerebekan ke lokasari mendapatkan muridnya sedang bertransaksi di diskotek dengan perantara Atn. Kontan saja sekolah langsung mengeluarkan Atn.Selain Atn, sekolah melakukan pemanggilan terhadap 20 siswi yang diduga bekerja sebagai PSK di Lokasari. Orangtua mereka dipanggil dan diberi pilihan mengundurkan diri atau dikeluarkan.

Perekrutan PSK di Sekolah SMP Tambora

Layaknya sebuah multi level marketing, begitulah gambaran pola perekrutan calon pekerja seks komersial di kalangan pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kawasan Tambora, Jakarta Barat tersebut.Dari pengakuan Dinda (nama samaran), eks siswi SMPN 159 yang menjadi PSK, di sekolahnya juga terdapat seorang mami bernama Atn yang bertugas untuk merekrut dan menyuplai teman-temannya, jika ada panggilan dari mami besarnya di diskotik sekitar Taman Sari.

Atn yang pernah duduk di kelas III SMP di kawasan Tambora sangat familiar di sekolah. “Atn yang mengajak anak-anak untuk bekerja sebagai PSK di Lokasari,” katanya.Dalam mencari korbannya, Atn dikenal pilih-pilih. Dia lebih mencari siswi yang tinggi, cantik, putih, dan masih perawan untuk jadi PSK. Karena senior, banyak siswi yang berhasil dia gaet.

Setiap transaksi, Atn mendapatkan komisi 20 persen dari pembayaran. Belum lagi tips yang diberikan oleh “klien”.Banyak siswi yang menggadaikan keperawannnya lewat Atn. Ada yang dihargai Rp50 juta, bahkan ada juga yang Rp10 juta.Dinda sendiri mengaku, ada temannya yang ditawar hingga Rp50 juta. Namun karena “kliennya” jelek dan sudah tua, temannya pun menolak.

Siswi “PSK” Dipaksa Teken Mundur dari Sekolah

Terbongkarnya belasan siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) 159 Tambora, Jakarta Barat menjadi Pekerja Seks Komersial membuat berang pengelola sekolah.Kontan saja berbagai langkah pun dilakukan. Di antaranya adalah mengeluarkan siswi yang jelas-jelas diketahui sebagai pekerja seks komersial. Untuk kasus Dinda (nama samaran), dia tidak dikeluarkan. Namun, diminta untuk menandatangani surat mundur dari sekolah.

“Anak saya terpaksa disuruh tanda tangani kertas bermaterai yang isinya bahwa anak saya pindah sekolah atas kemauannya sendiri” ungkap orangtua Dinda, Ann.Diapun menunjukkan secarik kertas yang berisi Dinda ingin pindah sekolah karena lokasi sekolahnya dengan rumah terlalu jauh. Saat ini, justru Dinda mendapatkan sekolah yang lebih jauh dari sekolah yang sebelumnya.

Meski begitu, Dinda tidak juga berhenti dari profesinya. Dia berdalih alasan ekonomi lah yang membuatnya menjadi begini. Saat ditanya sampai kapan akan menjalani profesi ini, Dinda tidak menjawabnya.Yang jelas, saat ini Dinda juga memiliki pacar yang cukup royal kepadanya. Namun, saat ini masih kuliah.Semoga saja, kasus seperti Dinda dan teman-temannya merupakan yang terakhir kalinya di dunia pendidikan kita.

Konsumerisme Penyebab Siswi SMP Nyambi “PSK”

Maraknya siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang nyambi sebagai pekerja seks komersial (PSK), menimbulkan tanda tanya, apa penyebabnya sehingga mereka terjerumus seperti itu.Sekretaris Jenderal Komnas Perlindungan Anak Aris Merdeka Sirait punya jawabannya. Menurutnya, ada beberapa penyebab sehingga pelajar menjadi PSK.

Pertama, sifat konsumeristis. Aris mengungkapkan, siswi di SMP Tambora yang nyambi sebagai PSK kebanyakan mengenakan pakaian bermerk, begitu juga dengan hape mereka, dan barang lainnya. Sehingga ini memicu siswi yang lain untuk ikut terjerumus.Kedua, pemahaman yang minim mengenai alat produksi. Ketiga, hormone yang meledak di usia remaja. Keempat kepribadian yang masih labil.

Menurutnya, keempat hal di atas dimanfaatkan jaringan human trafiking untuk masuk ke dalam kalangan pelajar dan melakukan perekrutan. “Ini yang dimanfaatkan germo dan mucikari,” ungkapnya.Dalam catatan Komnas Perlindungan Anak, dalam konferensi Eksploitasi Seks Komersial Anak (Eska) II tahun 2001 di Yokohama, Jepang disampaikan sekira 30 persen atau 40.000 sampai dengan 70.000 pekerja seks komersial berasal dari kalangan anak di bawah umur.

Share

You may also like

Berita