Radikalisasi Muslim Barat

Flexslider

» » Radikalisasi Muslim Barat

Radikalisasi Muslim Barat

Oleh Raymond Ibrahim pada 16 April 2014
Sebuah studi statistik Denmark menemukan bahwa “keterlibatan Muslim dalam tindak kriminalitas 218 persen lebih besar dilakukan oleh generasi kedua dibandingkan yang dilakukan oleh generasi pertama.” Sementara sebagian dari kejahatan-kejahatan ini nyata-nyata terkait dengan Islam – misalnya menyerang orang Muslim yang murtad menjadi Kristen – lainnya: melakukan penjarahan terhadap harta benda non-Muslim, hingga seseorang menyadari bahkan perampokan dan penjarahan dibenarkan oleh doktrin Islam – sebagaimana yang dikatakan oleh seorang ulama Muslim Inggris.
Pertanyaan menarik disini adalah, mengapa generasi kedua Muslim, yang seharusnya  lebih dipengaruhi oleh nilai-nilai Barat dibandingkan orangtua Muslim mereka, tapi ternyata mereka menjadi lebih “radikal” dibandingkan orangtua mereka?
Bahkan di Amerika, dimana orang Muslim berasimilasi lebih baik dibandingkan dengan saudara Muslim mereka yang ada di Eropa, mereka juga telah sangat terpengaruh dengan “radikalisme”.

Sebagai contoh, beberapa waktu lalu, Jaksa Agung Eric Holder mengatakan bahwa “ancaman [dari terorisme] telah berubah ... dimana saat ini kita merasa sangat khawatir justru dengan orang Muslim yang ada di Amerika Serikat, yaitu warga negara Amerika Serikat sendiri – yang dibesarkan disini, lahir disini, dan yang oleh alasan apapun, telah memutuskan untuk menjadi radikal dan mengangkat senjata menentang bangsa dimana mereka dilahirkan.”

Kira-kira pada saat yang bersamaan, Sue Myrick, seorang anggota kongres, menulis sebuah surat mengenai “radikalisasi” kepada Presiden Obama:
Selama bertahun-tahun kita telah disesatkan dengan pendapat bahwa radikalisasi tidak terjadi di dalam negara Amerika Serikat. Kita percaya bahwa orang Muslim Amerika kebal terhadap radikalisasi karena, berbeda dengan saudara-saudara mereka yang ada di Eropa, mereka secara sosial dan ekonomi terintegrasi baik ke dalam masyarakat. Meskipun sudah ada peringatan bahwa asumsi-asumsi ini adalah keliru, tapi kita mengabaikannya. Hari ini tak ada keraguan bahwa radikalisasi sedang terjadi di dalam Amerika. Semakin meningkatnya jumlah Muslim Amerika yang ditangkap atas keterlibatan mereka dalam aktifitas-aktifitas terorisme sejak Mei 2009 membuktikan hal ini.
Sebagai contoh Myrick menyebutkan nama beberapa orang Muslim Amerika, yang mana mereka, sementara “dipengaruhi oleh mimpi Amerika di bidang sosial ekonomi,” ternyata menjadi orang-orang yang radikal.
Mari kita renungkan kenyataan berikut:
Komitmen Barat adalah menjadikan hukum sebagai panglima tertinggi, tapi bagi Muslim Barat, mereka berkomitmen untuk mendirikan dan memaksakan pemberlakukan hukum Islam yaitu Syariah.
Negara-negara Barat berkomitmen pada demokrasi, sebaliknya Muslim Barat berkomitmen pada teokrasi, termasuk keinginan mereka untuk pendirian kekhalifahan.
Jika Muslim yang hidup di Amerika dan Eropa saja masih terpengaruh untuk melakukan kekerasan atas nama jihad, maka dapat kita bayangkan apa yang terjadi dengan saudara-saudari mereka yang hidup dan dibesarkan di dunia Muslim, dimana Islam berperan penting dalam setiap aspek kehidupan mereka.

Share

You may also like

Berita