Radikalisasi Muslim Barat

Sebuah studi statistik Denmark
menemukan bahwa “keterlibatan Muslim dalam tindak kriminalitas 218
persen lebih besar dilakukan oleh generasi kedua dibandingkan yang
dilakukan oleh generasi pertama.” Sementara sebagian dari
kejahatan-kejahatan ini nyata-nyata terkait dengan Islam – misalnya
menyerang orang Muslim yang murtad menjadi Kristen – lainnya: melakukan penjarahan terhadap harta benda non-Muslim,
hingga seseorang menyadari bahkan perampokan dan penjarahan dibenarkan
oleh doktrin Islam – sebagaimana yang dikatakan oleh seorang ulama
Muslim Inggris.
Pertanyaan menarik disini adalah, mengapa generasi kedua Muslim, yang seharusnya lebih
dipengaruhi oleh nilai-nilai Barat dibandingkan orangtua Muslim mereka,
tapi ternyata mereka menjadi lebih “radikal” dibandingkan orangtua
mereka?
Bahkan
di Amerika, dimana orang Muslim berasimilasi lebih baik dibandingkan
dengan saudara Muslim mereka yang ada di Eropa, mereka juga telah sangat
terpengaruh dengan “radikalisme”.
Sebagai contoh, beberapa waktu lalu, Jaksa Agung Eric Holder mengatakan
bahwa “ancaman [dari terorisme] telah berubah ... dimana saat ini kita
merasa sangat khawatir justru dengan orang Muslim yang ada di Amerika
Serikat, yaitu warga negara Amerika Serikat sendiri – yang dibesarkan
disini, lahir disini, dan yang oleh alasan apapun, telah memutuskan
untuk menjadi radikal dan mengangkat senjata menentang bangsa dimana
mereka dilahirkan.”
Kira-kira pada saat yang bersamaan, Sue Myrick, seorang anggota kongres, menulis sebuah surat mengenai “radikalisasi” kepada Presiden Obama:
Selama
bertahun-tahun kita telah disesatkan dengan pendapat bahwa radikalisasi
tidak terjadi di dalam negara Amerika Serikat. Kita percaya bahwa orang
Muslim Amerika kebal terhadap radikalisasi karena, berbeda dengan
saudara-saudara mereka yang ada di Eropa, mereka secara sosial dan
ekonomi terintegrasi baik ke dalam masyarakat. Meskipun sudah ada
peringatan bahwa asumsi-asumsi ini adalah keliru, tapi kita
mengabaikannya. Hari ini tak ada keraguan bahwa radikalisasi sedang
terjadi di dalam Amerika. Semakin meningkatnya jumlah Muslim Amerika
yang ditangkap atas keterlibatan mereka dalam aktifitas-aktifitas
terorisme sejak Mei 2009 membuktikan hal ini.
Sebagai
contoh Myrick menyebutkan nama beberapa orang Muslim Amerika, yang mana
mereka, sementara “dipengaruhi oleh mimpi Amerika di bidang sosial
ekonomi,” ternyata menjadi orang-orang yang radikal.
Mari kita renungkan kenyataan berikut:
Komitmen
Barat adalah menjadikan hukum sebagai panglima tertinggi, tapi bagi
Muslim Barat, mereka berkomitmen untuk mendirikan dan memaksakan
pemberlakukan hukum Islam yaitu Syariah.
Negara-negara
Barat berkomitmen pada demokrasi, sebaliknya Muslim Barat berkomitmen
pada teokrasi, termasuk keinginan mereka untuk pendirian kekhalifahan.
Jika
Muslim yang hidup di Amerika dan Eropa saja masih terpengaruh untuk
melakukan kekerasan atas nama jihad, maka dapat kita bayangkan apa yang
terjadi dengan saudara-saudari mereka yang hidup dan dibesarkan di dunia
Muslim, dimana Islam berperan penting dalam setiap aspek kehidupan
mereka.