Cerita ayam kampus, demi nafkah atau eksistensi?

Flexslider

» » Cerita ayam kampus, demi nafkah atau eksistensi?

Cerita ayam kampus, demi nafkah atau eksistensi?

Cerita ayam kampus, demi nafkah atau eksistensi?
PSK. shutterstock
Merdeka.com - Mahasiswi nyambi 'jualan' sebenarnya bukanlah cerita baru di Jakarta maupun kota-kota besar lainnya. Mereka masuk dalam golongan penjaja cinta kelas wahid karena berpendidikan. Dan sudah tentu lebih memiliki nilai jual ketimbang wanita yang menjajakan diri di pinggir jalan.

Sebutan sebagai ayam kampus pun sudah sangat familiar. Pola kerja para 'ayam' biasanya, pagi hingga siang atau sore kuliah, malamnya kelayapan. Entah dengan siapa, yang penting kantong bertambah.

Pandangan miring akhirnya tak bisa dihindarkan, dan sudah barang tentu ini berdampak juga ke mahasiswi yang sejatinya benar-benar ingin kuliah. Tak jarang stigma tempat ayam kampus berkumpul diberikan ke universitas tertentu.

Secara kasat mata memang sangat sulit dibedakan mana mahasiswi plus-plus. Biasanya mereka menutup rapat-rapat identitasnya sebenarnya. Dan hanya dengan mahasiswi yang satu profesi para wanita itu mau terbuka.

"Tahu sama tahu saja, dari gayanya, cara bicaranya, sama-sama bisa nilai lah," ujar salah seorang ayam kampus, Camelita (21) bukan nama sebenarnya sambil tersenyum.

Cerita soal ayam kampus kembali menjadi topik hangat, karena kasus suap impor daging sapi. Kenapa? Sebab, ada seorang mahasiswi bernama Maharany Suciyono ikut dicokok KPK saat operasi tangkap tangan di Hotel Le Meridien.

Lembaga antikorupsi menangkap Ahmad Fathanah yang diduga menerima uang suap Rp 1 miliar. Dan lebih menghebohkan ternyata Maharany dibayar cukup mahal Rp 10 juta untuk menemani ngobrol. Muncul anggapan jika mahasiswi Moestopo itu ayam kampus, namun Maharany tegas membantah.

"Namanya manusia, saya tidak munafik, saya terima uang itu. "Ini uang buat apa? Dan dia (Ahmad Fathonah) bilang kalau uang itu untuk perkenalan," ujar Rany sapaan Maharany.

Saat ini memang sulit dilacak penyebaran ayam kampus ada di universitas mana saja. Meski tak terorganisir, tetapi pola kerja para ayam kampus terbilang cukup rapi. "Ya dari mulut ke mulut saja, jadi tak terlalu repot," kata Camelita.

Share

You may also like

Berita